TIKI-TAKA DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN DI LINGKUNGAN EKSTERNAL ORGANISASI


BY  M Wahyu Candra  ON MAY 14, 2017


Organisasi adalah sekumpulan orang atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan cara tertentu dan aturan tertentu. Secara umum tujuan dari pada organisasi adalah untuk mencapai tujuan individu yang dilaksanakan dengan cara berkelompok. Jenis dari pada organisasi sangat beragam, seperti: oraganisasi keluarga, organisasi masyarakat, organisasi sekolah, organisasi politik, organisasi internasional dan lain sebagainya. Setiap jenis organisasi ini mempunyai tujuan dan mekanisme yang berbeda-beda.
Dalam pembahasan organisasi tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi oleh seorang manajer/ketua umum. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep yang diambil. Sebagai seorang manajer/ketua umum tidak harus hanya memperhatikan lingkungan organisasinya atau intern saja, namun juga harus bisa mengantisipasi lingkungan di luar organisasi atau ekstern. Untuk mencapai tujuan organisasi tidak lepas dari lingkungan ekstern yang terjadi. Oleh karena itu manajer/ketua umum harus memperhatikan dan mempertimbangkan unsur-unsur serta kekuatan-kekuatan lingkungan ekstern dalam setiap kegiatan organisasi.
Suatu organisasi akan berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya dalam rangka mencapai tujuan, berbagai sasaran dan dalam mengemban misinya. Setiap organisasi, baik yang berskala besar, menengah, maupun kecil, semuanya akan berinteraksi dengan lingkungan. Organisasi yang bisa bertahan adalah organisasi yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungannya kerena lingkungan merupakan kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak terhadap kinerja organisasi.
Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap organisasi, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu organisasi atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya proses, misalnya sangat yakin bahwa organisasi yang dapat memberikan kontribusi pada kesenian/kebudayaan di hari esok.
Dengan demikian, sebagai organisasi pada prinsipnya memikul amanah “etika masa depan”. Etika masa depan timbul dan dibentuk oleh kesadaran bahwa setiap manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa depan bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Hal ini berarti bahwa, di satu pihak, etika masa depan menuntut manusia untuk tidak mengelakkan tanggung jawab atas konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya sekarang ini. Sementara itu pihak lain, manusia dituntut untuk mampu mengantisipasi, merumuskan nilai-nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas dalam suasana yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian hari.
Dalam konteks etika masa depan tersebut, karenanya visi organisasi kita seharusnya lahir dari kesadaran bahwa kita sebaiknya jangan menanti apapun dari masa depan, karena sesungguhnya masa depan itulah mengaharap-harapkan dari kita, kita sendirilah yang seharusnya menyiapkannya Visi ini tentu saja mensyaratkan bahwa, sebagai organisasi harus solid. Idealnya, organisasi yang solid adalah organisasi yang steril dari berbagai permasalahan. Namun hal ini adalah suatu kemustahilan. Suka atau tidak suka, permasalahan akan selalu ada dimanapun dan kapanpun, termasuk dalam organisasi yang di tempati saat ini.
Oleh karena itu, persoalannya bukanlah usaha menghindari permasalahah, tetapi justru perlunya menghadapi permasalahan itu secara cerdas dengan mengidentifikasi dan memahami substansinya untuk kemudian dicari solusinya.
Para manajer/ketua umum seharusnya tidak hanya memusatkan perhatiannya pada lingkungan internal organisasi, tetapi juga menyadari pentingnya pengaruh lingkungan eksternal terhadap organisasi yang dikelolanya. Ketua umum harus mempertimbangkan unsur-unsur dan kekuatan-kekuatan lingkungan eksternal dalam setiap kegiatannya. Manajer harus mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mendiagnosa dan bereaksi terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan, baik berupa kesempatan-kesempatan, risiko-risiko, maupun ancaman-ancaman, yang mempunyai pengaruh pada operasi organisasi.
Manajemen dituntut untuk selalu bersikap tanggap dan adaptif, selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Manajer perlu menentukan cara atau pendekatan yang akan memungkinkannya menjaga dan mengembangkan organisasi dalam lingkungan yang selalu berubah. Dengan pendekatan sistem dan contingency, Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur diluar organisasi, yang sebagian besar tidak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh ketua umum.
Maka dari itu sebuah catatan besar bagi manajer/ketua umum organisasi bahwa sangat penting bahkan bisa dikategorikan wajib untuk tidak hanya focus pada rana intern, akan tetapi lingkungan ekstern sangat penting dicermati atau di analisa, dengan adanya tiki-taka di intern dan ekstern maka sebuah organisasi sangat baik bahkan melesat dalam berkembang, walaupun seorang manajer/ketua umum tidak banyak waktu yang di terjunkan untuk menganalisis ekstern, tapi disitu harus ada pembentukan departemen yang namanya “Departemen Internal dan Eksternal”. Artinya dengan adanya departemen tersebut sebuah organisasi tidak hanya bergantung kepada manajer/ketua umum dalam ikut serta mengembangkan organisasi akan tetapi semua anggota bisa terjun langsung ke lapangan, dengan terjunnya anggota bisa lebih leluasa dalam bekerja dan mencari jaringan dalam pengembangan.
Itulah proses, itulah perjuangan, dan itulah sebuah kekompakan dalam organisasi untuk sebuah pembaharuan pada masyarakat, adanya analisa intern dan ekstern bisa lebih mudah untuk membaca bahwa perjuangan / proses di organisasi tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga mementingkan masyarakat luas. Sebuah keindahan bagi kita bersama dalam 1 (satu) wadah, itulah organisasi.
Pembahasan didalam artikel ini juga bisa dikaitkan dengan artikel sebelumnya yang berjudul “Misteri dibalik hilangnya pedoman manusia sebagai alat untuk mencintai rosululloh” didalam artikel tersebut dijelaskan bahwa ada sebuah pembahasan tentang  terbuka dan tertutupnya sikap seseorang, kaitannya adalah dengan adanya analisa ekstern maka bisa lebih yakin bahwa manusia harus lebih terbuka atau harus terjun langsung kelapangan untuk melihat suara atau unek-unek yang ada di lingkungan eksternal.

Itulah sedikit tiki-taka dalam menghadapi permasalahan eksternal organisasi, bahwa seorang manajer/ketua umum dalam membuat tiki-taka tidak hanya di intern akan tetapi juga ekstern, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan selalu dalam lindungan yang maha kuasa, wallahul muwafiq ila aqwamitthoriq dan sampai ketemu lagi di artikel selanjutnya. Wassalamualaikum wb.

Sponsor Umum III

Sponsor Umum IV