BY M. Wahyu Candra ON MAY 10,2017
Pedoman secara Lughot bisa di artikan patokan, pegangan, dan dalil, secara syar’i pedoman sebagai petunjuk hidup manusia yang didasari dengan kaidah-kaidah fiqhiyah maupun hukum.
Berawal dari “ASADUN”
(perjuanagan) yang sangat besar tentu yang utama mengajak masyarakat
melestarikan kesenian-kesenian yang ada di Indonesia karena dengan dilakukannya
hal tersebut orang baratpun sangat sulit untuk merobohkan kekaya’an hazanah yang
ada di negeri kita, sebuah keberuntungan yang sangat besar terutama masyarakat
Indonesia yang memiliki minat terhadap kesenian-kesenian yang jerih payahnya di
bentuk oleh nenek moyang kita, artinya kita masih peduli dengan
kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia.
Sebuah
ketentraman dan kedamaian bagi manusia yang meng_ASADUN-kan
kesenian-kesenian yang ada di Indonesia, ( Bukan karena mencari nama /
ketenaran / menunjukan kepada orang lain kalau kita baik hati / kekayaan kita. Dengan
beramal seni dengan orang yang membutuhkan akan membuat kita merasa
bahagia dan ikut merasakan kebahagiaan orang yang dibantu. itulah ketentraman dan
kedamaian yang sesungguhnya. )
Sebuah
misteri yang sangat menyeramkan ketika orang-orang yang berjuang dirana seni,
maupun budaya yang awalnya ingin mengajak masyarakat untuk lebih peduli
terhadap menjaga, melestarikan bahkan mengembangkan kesenian tetapi secara
logika menjadi sebuah kepahitan, itu salah siapa ! Tapi itu pandangan secara
rasio bukan secara haqiqi, secara haqiqi dimana-mana perjuangan pasti sebuah
kemanisan/apresiasi tergantung pada orang yang mau menalaah dan menganalisis
lebih mendalam.
Gembira,
sedih, bangga, dan takut itulah sebuah proses yang dimiliki seseorang ketika
berproses, bukan karena berjuang kemudian ingin di puji-puji, tetapi berjuang
untuk berdakwah kepada masyarakat yang nantinya kemanfaatan tersebut akhirnya
kembali kepada diri kita sendiri, segala tenaga dan fikiran kita dikumpulkan
menjadi 1 ( satu ) demi suksesnya pekerja’an atau kegiatan, itu untuk siapa !
jelas untuk masyarakat. Kita tidak pernah mencari gara-gara dengan siapapun
tetapi kita hanya ingin memberi semangat kepada siapapun yang selama ini belum
pernah / belum 100% tenaga dan
fikirannya untuk dituangkan terhadap
masyarakat.
Sebuah
kesedihan yang mandalam ketika kita sudah berjuang tetapi mereka tidak mau
menghargai kita dalam arti selalu membicarakan yang tiada kebenarannya terutama
di kelompok-kelompok meraka, mereka selalu berbicara yang tidak ada gunanya
minimal terhadap dirinya sendiri dan itu
artinya sebuah provokator terhadap orang lain, padahal mereka-meraka sangat
aktif dalam membaca buku tetapi sebuah kata demi kata tidak ada yang di
aplikasikan pada perilakunya, kita yang selalu di fitnah tidak pernah marah tapi
sedih, dalam kesedihan itu kita tempatkan dalam rana obyek yang artinya kita
sedih ketika melihat orang-orang yang selalu menfitnah, mereka-meraka juga
mahasiswa yang tidak asing dari latar belakang membaca dan pendiskusi bahkan
mereka-meraka adalah keluarga kita dalam perjuangan 1 (satu) kampus.
Sekian
banyaknya mahasiswa yang ber-latar belakang seorang pembaca dan pendiskusi
tetapi tidak pernah melihat sebuah kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya berarti
mereka-meraka malas/buta dalam melihat personal-nya, seseorang yang
kepribadiannya tidak terbuka itu benar
atau tidaknya tergantung mereka melihat ancaman pada dirinya besar atau kecil /
apakah ancaman pada dirinya bisa ditutupi dengan ketidak terbukaan pada diri
seseorang dan sebaliknya, intinya yang menulis artikel ini kalau mendefinisikan
hal tersebut banyak sekali sebuah tafsilan mengenai sifat seseorang terbuka
atau tidak.
Banyak
sekali orang-orang yang berfikir tentang peluang dari kehidupan, pertama
mengenai sifat terbukanya seseorang, dimana setiap agenda-agenda yang di
jalankan jelas memikirkan bagaimana agenda tersebut bisa sukses, akan tetapi di
balik kesuksesan tersebut ada sebuah proses dan proses itu salah satunya di
aplikasikan dengan metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Sebuah
kebingungan pada diri seseorang mulai dari membuat konsepnya kegiatan dan jelas
akan di infokan terhadap masyrakaat luas, akan tetapi dari intrauniversiter pun
banyak sekali keirian-keirian ataupun menjadi ancaman besar bagi agenda
tersebut dan itu merupahan hambatan yang sangat besar bagi setiap agenda, maka
dari itu setiap orang yang sudah berfikir sampai tingkat tersebut akan
merasakan sebuah ketimpangan-ketimpangan pada dirinya, karena itu sebuah
perjuangan ataupun proses bagi seseorang sangat dibutuhkan yang benar-benar dedikasi
dan loyalisnya sangat tinggi terhadap organisasi.
Sebuah
Ketimpangan pula bagi seseorang yang membuat agenda, demi mengevaluasi dan
ingin mengatasi permasalahan tersebut akhirnya seseorang ingin berfikiran yang
tertutup / kepribadian yang tertutup, dalam arti seseorang tersebut tidak ingin
menginfokan kepada orang-orang intrauniversiter atau orang-orang yang selama
ini membuat ancaman pada organisasi dan pengevaluasian tersebut sepertinya
lebih parah ketimbang seperti di atas (sifat terbuka), Catatannya adalah setiap
agenda kita mungkin harus menginfokan khususnya intrauniversiter “dalam tanda
kutip” Informasi yang sekiranya tidak menimbulkan bahan ejekan dari mereka dalam
arti setiap membuat agenda kita harus mengesplore perkara / perkataan yang
baik-baik tidak dengan informasi yang buruk-buruk dari organisasi tersebut,
maka dari itu itulah salah satunya cara untuk menjaga kualitas dan nama baik
organisasi agar tidak ada ketimpangan-ketimpangan lagi diantara keluarga
sendiri (intrauniversiter)
Dan
lebih fenomenanya lagi seseorang yang luar biasanya berkamuflase gagah di depan
mripat orang banyak, mereka atau beliau. Hop, yang benar enaknya kita manggil
mereka atau beliau apa ya. Tapi mungkin kita orang muslim-muslimah harus tetap
tawadu’, Oke lanjut, Beliau sangat hebatnya berkamuflase gagah di depan orang
banyak ataupun kami bahkan beliau seperti papa kita sendiri tapi papa e siapa
yang benar, tetapi siapa sangka meskipun beliau seperti itu kagetnya kami
beliau mampu menempuh proses yang sangat luar biasa lulusan S2 tapi kira-kita
dimana ya. Lebih ironisnya lagi di belakang kami beliau sama sekali tidak
menghargai kinerja kami bahkan setiap detik, jam, hari yang kita abdikan selalu
malah menjatuhkan, bahkan mengancamnya ke rana negative. Dan ancaman itu
seperti kita bukan siapa-siapa beliau.
Dalam
hilangnya alat untuk mencintai rosululloh, itu sebuah fenomena yang sangat
mengagetkan buat kita dan hilangnya alat tersebut semua orang-orang terdekat
kita ( keluarga organisasi ) tidak ada yang menyalahkan ke siapapun kecuali
beliau, bahkan menyalahkanpun sampai-sampai menyeret kita ke rana negative dan
pada akhirnya angin segar pun kita temui, ternyata itu benar dan tidak salah
artinya menyalahkan beliau menyeret ke rana positif. Dan di akhir artikel ini
tentunya kita berharap permasalahan-permasalahn tersebut bisa kita buat pengalaman
yang sangat berharga, mudah-mudahan yang maha kuasa melindungi kita dari sifat kebatilan,
dengan pertolongan syafaat beliau kita bisa lebih dekat dengan fisabilillah. Kehidupan
adalah sebuah keindahan, kehangatan bahkan kenyamanan dan semoga kita selalu
bisa berupaya memanfaatkan kehidupan dengan sebaik-baiknya. Oke, sudah 1000 kata
lebih yang kami sampaikan semoga artikel
ini bermanfaat bagi kita semua, Aamin.